monggoo

GAMBARU

(Rouli Esther Pasaribu, mahasiswi indonesia di jepang)

Sepertinya ini adalah ungkapan  hati seorang mahasiswi yang belajar di negeri matahari terbit, selama dua tahun tidak dapat mengerti kenapa mesti gambaru, semuanya ini dia ungkapkan secara gamblang di Kaltim Post Jum’at 1 April 2011.
Gambaru berarti “Berjuang mati matian sampai titik darah penghabisan” bisa juga bermakna “bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan”
Adalah falsafah hidup orang jepang yang baru dimengerti oleh Rouli,yang tinggal  selama dua tahun di jepang dan merasa muak mendengar kata kata itu, dia tersadar setelah kejadian tsunami yang menerjang jepang, betapa tidak dalam keadaan porak poranda oarang jepang tidak banyak cengeng dan tidak banyak menunut tapi yang ada hanya gambaru yang selalu di dengungkan dalam kehidupannya dan memang cespleng kata Rouli “bisa dibilang orang jepang ini nggak punya apa apa selain gambaru, gambaru sudah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup. Bener banget kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa apa ‘nyalahin’ Tuhan, Tuhan marah pada Umatnya, Tuhan marah melalui alam, maka tanyalah pada rumput yang bergoyang, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, gue rasa bangsa kita nggak akan bisa maju”
Setuju atau tidak dengan Rouli bahwa kita tak akan maju jika hanya pasrah tanpa gambaru yang sudah menjadi falsafah dan terbukti mampu membawa orang orang jepang untuk menghadapi keadaan yang sulit pasca gempa dan tsunami,  memang sepertinya gambaru kita telah ditinggalkan oleh generasi serba instan di negeri ini, sampai proses pendidikan pun maunya juga instan bisa dalam sekejap punya predikat telah lulus SD, SMP, SMA tanpa melalui proses, sedang proses yang panajang berupa jenjang 6, dan 3 tahunan maunya kalo bisa juga instan 2 bulan saja yang penting bisa menjawab soal-soal tanpa peduli nilai moral, nilai sosial, dan displin keilmuan yang mestinya melekat pada predikat kelulusan. Semua itu mestinya didapat melalui proses yang panjang, dan penuh keteguhan dan kesabaran

Gambaru yang sudah tertanam dalam sanubari anak anak jepang tercermin dalam ungkapan  rouli berikut “bahkan anak umur 3 tahun kayak johana pun udah disuruh gambaru disekolahnya; kayak pake baju dimusim dingin yang tipis tipis biar nggak manjatarhadap cuaca dingin, didalam sekolah nggak boleh pakai kaos kaki karena kalo langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit sakit sedikit Cuma ingus meler-meler atau demam 37 derajat mah nggak usah bolos, tetap diimbau masuk dari pagi sampai sore. Dalihnya, anak anak kuat menghadapi penyakit bila ia melawan penyakitnya sendiri. Akibatnya, kalo naik sepeda ditanjakan sambil membonceng johana dan gue ngos ngosan kecapean, otomatos johanan ngomong Mama, Gambare! Mama faitooo, ( mama ayo berjuang, mama ayo fight! ) pokoknya jangan m,anja sama masalah deh, gambaru sampai titik darah penghabisan it’s must!”